Ketika setiap jiwa akan ditanyakan apa-apa yang telah dikerjakannya...
b i s m i l l a h i r r a h m a n i r r a h i m
Assalamualaikum.... 
|| Logchalk: Airin. 30 juni 1984. komunikasi usu. 
bandaaceh-medan. indonesia.
islam. lyfenote diary. memoarea
status: semi-hiatus
mood: netral
reading: new ESQ way 165
listening: so simple
watching: curious george
 
 
.::taggie::.
 
nama
web url
message
:) :( :D :p :(( :)) :x
 
  .::HitCoHit Counter
 

.::clickie::.

Rewind


...::::||::::...

Simple is nice.
So keep everything simple.


WEB MEMOAREA

Hampir setiap kali berdoa saya tidak pernah lupa untuk meminta:
Ya Allah, berilah aku kemudahan dalam menjalankan setiap urusanku.....
Mudahkanlah urusanku, di dunia dan akhirat.

Simpel tapi sangat berarti.
Bukankah amat menyenangkan jiwa raga, bila segala sesuatu terasa mudah?

Sesungguhnya tiada kemudahan kecuali yang dijadikanNya mudah, dan dijadikanNya kesulitan itu mudah dengan kehendakNya.

Walaupun demikian meminta, kadang terasa juga saat-saat sulit datang menghimpit.
Saat diri merasa kayaknya jadi yang paling sengsara di dunia karenanya, atau saat kesulitan bertumpuk dan melilit, saat mendapat musibah, saat ujian semesteran, saat mobil mogok di tengah jalan, saat merasa kesal dengan birokrasi, atau apa saja.

Padahal saat itu, kita hanya sedang lupa...
Lupa bahwa dunia ini indah, dan penuh dengan seni kehidupan. Tidak selalu selamanya kemarau, dan tidak akan selamanya pula hujan. Bergantian suka dan duka mengisi cerita.

Saya bertanya pada diri sendiri, mengapa saya mengalami banyak hambatan dalam hidup saya...lalu tiba-tiba saya tersadar bahwa hambatan-hambatan tersebut adalah kehidupan saya dan saya mulai menikmatinya.

Padahal kalau dipikir-pikir banyak sekali kemudahan yang telah diberi.
Kalau boleh disebut juga keberuntungan dan kelebihan.
Kita masih lancar bernafas, hingga kadang tidak menyadarinya.
Kita juga diberi cahaya matahari setiap pagi secara gratis.
Kita masih bisa ngeliat, walau ada orang yang susah payah pengen ngeliat tapi ga bisa. Kita masih gampang kemana-mana, kalau kaki masih bisa melangkah bahkan berlari, atau telah dimudahkan berbagai kendaraan untuk dinaiki.
Kita bisa sekolah, walau banyak orang yang pengen sekolah tapi terpaksa urung karena alasan biaya.
Kita bisa membeli banyak buku, bisa mengakses internet, demi memuaskan rasa ingin tahu.
Dan masih banyak hal lain yang sebenarnya telah dimudahkan bagi kita.
Terlalu banyak yang belum disadari malah.......

Selautan syukurku, hanya setitik nikmatMu di bumi...........

Dengan membuka mata lebar-lebar ke sekeliling kita, kita juga dapat menemukannya tidak hanya di diri kita, tapi pada orang-orang di sekeliling kita.

Selalu segar dalam ingatan saya sebuah tulisan Azimah Rahayu, Masih Lebih Mudah Bagi Kita.
Si penulis mengutarakan keheranannya pada bosnya yang acapkali bermurah hati pada setiap pedagang sales...

>Si Bapak hampir selalu membeli barang dagangan setiap pedagang yang masuk ke ruangan kami. Pernah suatu saat, saya bertanya kenapa beliau suka membeli barang dari pedagang yang ke kantor. "Siapa lagi yang akan membeli kalau bukan kita? Sudah terlalu banyak yang berbelanja di mall. Biarlah saya berbelanja pada mereka," begitu jawab beliau.

...atau peminta-minta yang datang padanya.

>Kali ini saya tak lagi bisa diam. Menurut saya, apa yang beliau lakukan itu tidak mendidik, membuat mereka makin malas, tak mau bekerja keras dan mengharap uluran tangan seperti ini. Setidaknya kalau mau meemberi, hendaknya kita pilih-pilih mana yang tampak betul-betul membutuhkan. Atau, kalau mau berinfak, kenapa tidak melalui lembaga yang benar-benar dapat dipercaya akan menyampaikan amanah kepada yang benar-benar berhak? Saya memberondongnya dengan sebuah argumentasi panjang.

Tapi apa yang dijawab si Bapak:

>"Saya tidak yakin dengan tidak memberi akan mendidik mereka. Semestinya ada orang-orang yang aware dengan program penyadaran itu. Tugas merekalah yang menyadarkan. Sedang saya, hanya ini yang bisa saya lakukan. Mungkin mereka memang tak sungguh-sungguh miskin, bisa jadi mereka hanya malas. Tapi saya yakin, jika mereka bisa semudah kita mencari rezeki, mereka tak akan melakukan itu semua. Jika mereka kelaparan dan tak ada yang mau memberi, lantas kepada siapa mereka meminta? Ke mana mereka mencari? Sedang kita? Kalaupun harta kita habis karena mereka, setidaknya masih lebih mudah bagi kita untuk mencari lagi dengan bekal kemampuan yang diberikan Allah kepada kita."

Ya, masih lebih mudah bagi kita. Masih lebih mudah bagi kita mendapat rezeki dibanding tukang koran. Masih lebih mudah bagi kita mencari penghidupan dibanding pedagang asongan. Masih lebih mudah bagi kita mencari makan dibanding para pengamen. Masih lebih mudah bagi kita meminta bantuan teman dibanding mereka, gelandangan tak berkawan. Masih lebih mudah bagi kita.

Uraian yang sederhana ya...
Selagi kita masih diberi kemudahan untuk berbagi, untuk dapat membantu orang yang yang memerlukan, kenapa tidak? Sama sekali tidak ada salahnya.
Selagi masih ada yang bisa kita berikan untuk kebaikan, walau sekedar senyuman tulus, bukankah itu menjadi amat berharga, bagi kita juga mereka?
Selagi masih lebih mudah bagi kita...
Tiada hari tanpa berbuat kebaikan.

Nah, ketika kesempatan untuk dapat membantu orang lain itu datang, sebagai sebuah nilai kebaikan yang dapat kita lakukan, kenapa dilewatkan?

Kebutuhan orang lain kepada dirimu adalah sebuah nikmat, maka jangan pernah bosan menghadapinya. Ketahuilah bahwa yang terbaik dari hari-harimu adalah ketika dirimu menjadi tujuan dan bukan dirimu yang menuju orang lain. (anonim)


Ingatkan aku untuk selalu berbagi.......


Posted by me Monday, August 14, 2006

0 Comments:

Okay,Alhamdulillah42day...
	  Lurfe U Allah! =)

 

 

© 2Oo4-2oO7 airinyh inc.