Ketika setiap jiwa akan ditanyakan apa-apa yang telah dikerjakannya...
b i s m i l l a h i r r a h m a n i r r a h i m
Assalamualaikum.... 
|| Logchalk: Airin. 30 juni 1984. komunikasi usu. 
bandaaceh-medan. indonesia.
islam. lyfenote diary. memoarea
status: semi-hiatus
mood: netral
reading: new ESQ way 165
listening: so simple
watching: curious george
 
 
.::taggie::.
 
nama
web url
message
:) :( :D :p :(( :)) :x
 
  .::HitCoHit Counter
 

.::clickie::.

Rewind


...::::||::::...

Simple is nice.
So keep everything simple.


WEB MEMOAREA

Laju bus semakin menembus pekat malam. Ketika supir bus tidak memutar lagu apapun atau pun menyalakan siaran tv, alunan khas sang sunyi alam, jangkrik, memulai bait berikut dari nyanyian mereka yang tiada akhir, saatnya mendengar keheningan yang menyelubungi semuanya.

Memasuki daerah belum berpenduduk, hanya pohon rimbun yang menjulang tinggi melambai diluar jendela dalam bayang perannya. Gerimis mulai turun pecah-pecah. Ugh dingin, saya mengeluh. Walau AC di atas kepala sudah dimatikan, dan menutup diri rapat-rapat dengan jaket yang tak seberapa ini, hawa dingin tetap enggak mau kalah. Sambil membenah jilbab yang mencong, saya merogoh-rogoh sesuatu di dalam tas, apel? coklat? salak? (ini makanan wajib saya kalau pulang kampung naik kendaraan darat).

Semua orang sudah terlelap. Termasuk teman di sebelah saya. Memang jam segitu saatnya tidur menjadi pilihan yang populer. Tapi tunggu dulu, ternyata ada seorang ibu yang sedikit terkantuk menahan lelap sedang bersenandung kecil, tepatnya alunan dododaidi untuk meninabobokan bayinya, ah, di tengah malam begini ia masih saja menahan segala egonya untuk menjaga buah hatinya. Bahkan tak seekor nyamuk malam pun dilegalkannya menggigiti. Sang bayi kelihatannya masih terjaga, tangannya terus bergerak-gerak dalam kepalan yang semakin kuat seakan tergenggam di sana sebuah janji pada sang bunda, suatu saat saya akan membalas semua kehangatan ini, bu. Duh melihatnya, seakan darah saya berdesir, anget. Sentuhan yang memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut oleh ibunya.

Dulu, setiap saya melakukan perjalanan jauh, ibu selalu menemani. Dan kamu tahu, Piku, tidak ada teman perjalanan sebaik ibu. Sungguh.
Kenapa? Saya ini motion-sicknesser. Alias tukang mabuk kendaraan. Apalagi sepanjang perjalanan yang bisa saja terasa sangat lamaa ini, saya sangat tidak betah sekali dan ingin rasanya ada pintu kemana saja-nya doraemon atau alat teleporting telah tercipta. Tinggal klik tombol dan zap...sampai. Begitu? ngayal..
Pokoknya kalau ada ibu, ia selalu tahu apa yang harus saya lakukan karenanya. Sungguh tidak ada yang lebih nyaman daripada berada di dekatnya di saat-saat semua orang tidak peduli.

Tapi bila ibu tidak mungkin menemani saya...
"Ibu, mual sekali rasanya, di sebelah ada yang merokok..."
"Bu..mobilnya mogok di tengah hutan..."
"Lupa bawa balsem..."
atau
"Tadi maaf ya bu, enggak sempat beresin kamar..."
Rasanya sms ini tidak ingin berhenti apalagi kalau sinyalnya di jalan lagi bagus.

Ah. 12 jam. Lama sekali terasa, harus lelah menahan badan yang pegal karena enggak bisa semena-mena bergerak, dan sedikit pusing manakala bus melewati jalan dengan terlalu berkelok-kelok...
Subhanallah, lihat di luar! Bintang-bintang ditaburkan begitu saja di layer langit yang hitam seakan tak berbatas. Pemandangan yang sangat indah serasa mimpi, speechless.
Jika benar bintang jatuh bisa mengabulkan permohonan, maka saya pasti sudah memiliki segala yang saya inginkan. Karena malam itu bintang-bintang seakan sedang enggak mau diam. Loncat sana loncat sini. Senantiasa membuat mata saya tak lepas menunggu atraksi berikutnya.
Bintang yang kecil... bahkan hanya pendarnya... padahal ia tidak seperti kelihatannya. Benar-benar down to earth, hie...
Mengingatkan saya akan sesuatu, suatu malam dalam bus bersama ibu seperti saat ini, ibu pernah berkata, "Jangan pernah meremehkan apapun walaupun itu terlihat kecil. Karena di dunia ini tidak ada yang sia-sia dan pantas diremehkan. Bahkan sebatang jarum pun dibuat dari hasil kerja keras banyak orang..." Kata-kata ibu itulah yang kadang mengingatkan saya untuk selalu menghargai apapun dan mensyukuri segalanya. Segalanya termasuk memiliki seorang ibu yang takkan pernah tergantikan. Ya Allah bila masih diberi kesempatan izinkan saya untuk mencintainya.

Who should i give my love to?
My repect and my honour to?
Who should I pay good mind to
-after Allah and Rasulullah?
Comes your mother,
Who next? Your mother,
Who next? Your mother,
And then your father

Cause who used to hold you
And clean you and clothe you?
Who used to feed you
And always be with you?
When you were sick, stay up all night
Holding you tight?
That's right no other, my mother.

(penggalan syair "Your Mother" by:Yusuf Islam)

Ah ibu, betapa inginnya saya cepat sampai. Betapa inginnya saya turun dari bus pengap ini, dan berlari ke arah kedua belah tanganmu yang terbuka lebar untuk mencakup saya dengan kehangatan buncahan rindu. Betapa inginnya saya bercerita tentang banyak hal yang telah saya rangkum, untuk sebuah tatapan lembutmu dan senyum yang menyenangkan.

Ibu... seakan wajah itu terlukis di udara malam, yang wajahnya tetap berseri walau tanpa polesan berarti, yang selalu menangis bukan untuk dirinya sendiri, yang selalu menyemangati semua orang dengan tulus hati, dan menyanyikan dalam hati setiap anak-anaknya untuk belajar mandiri.

Tengah pukul 8 pagi di Terminal Setui. Sampai. Terlihat ibu dan bayinya tadi hendak turun juga. Sang bayi tampak manis sekali tidur dengan sentosanya. Adik kecil, betapa saya ingin menggantikanmu terlelap di pelukan penuh cinta itu.

Fuh, 12 jam berlalu sudah. Alhamdulillah i'm still fit, yay.
Akhirnya saya melihat kota ini lagi. Akhirnya saya pulang. Namun bukan ke rumah di mana ibu akan menyambut saya di teras rumah dengan pelukan terhangat yang pernah ada. Bukan. Rumah itu tak sama lagi. Pelukan itu takkan ada lagi. Pelukan yang seharusnya teramat ingin saya membalasnya di saat dinginnya kelu tubuhmu saat itu. Settt... saya harus buru-buru menghapus bening yang mulai mencuat dari mata yang seakan berkaca-kaca ini, ayah, abang, dan kakak saya telah menyambut di depan sana.

Teruntuk Ibu, titip rindu dan doaku, semoga kita bisa berkumpul lagi suatu hari kelak.

Posted by me Saturday, April 02, 2005

0 Comments:

Okay,Alhamdulillah42day...
	  Lurfe U Allah! =)

 

 

© 2Oo4-2oO7 airinyh inc.