Ketika setiap jiwa akan ditanyakan apa-apa yang telah dikerjakannya...
b i s m i l l a h i r r a h m a n i r r a h i m
Assalamualaikum.... 
|| Logchalk: Airin. 30 juni 1984. komunikasi usu. 
bandaaceh-medan. indonesia.
islam. lyfenote diary. memoarea
status: semi-hiatus
mood: netral
reading: new ESQ way 165
listening: so simple
watching: curious george
 
 
.::taggie::.
 
nama
web url
message
:) :( :D :p :(( :)) :x
 
  .::HitCoHit Counter
 

.::clickie::.

Rewind


...::::||::::...

Simple is nice.
So keep everything simple.


WEB MEMOAREA

Kalau dulu kita selalu belajar bahwa buanglah sampah pada tempatnya. Sepertinya hal yang sangat biasa sekali untuk diangkat sekilas.
*Plu attack. Huatchih..! *
Banyak orang membuang sampah di mana saja. Asal lempar. Asal selip.
Tapi mengapa kita tidak mau memulai dari diri kita untuk komit saja pada hal kecil seperti ini. Menahan tangan dari membuang sampah bukan pada tempatnya, alias ditahan dulu sampahnya sebelum menemukan tempatnya.Bahkan sesepele bungkus permen. Tidak perlu muluk atau pesimis yang penting ada usaha dan itu cukup merupakan hal yang berharga. Siapa tahu menular. Bayangkan kalau semua orang berbuat yang sama, kita bisa menikmatinya.

Bukankah kebersihan itu sebagian dari iman, eh apakah bisa dibilang kalau enggak menjaga kebersihan sama dengan enggak ada iman sebagian? Lho? Maksudnya?

Okay dirunut, mulai dari kata... buang ==> tidak menyimpan sampah, menumpuk, atau mengoleksinya, karena yang namanya sampah tentu erat kaitannya dengan kotor. So it must belongs to penyakit.
Trus, sampah ==> sebenarnya yang namanya sampah itu apa saja sih? Ada sampah relatif. Yang bagi sebagian orang tidak diperlukan dan hanya bikin sumuk rumah misalnya, tapi bagi sebagian orang belum tentu. Trus ada istilah sampah masyarakat juga. Jadi hal-hal yang mengganggu dan merusak suasana serta jorok bisa disebut sampah.
Bistu, tempatnya ==> dimana seharusnya membuang sampah? Pertanyaan gampang kalau jawabannya cuma tempat sampah. Biasanya ada yang namanya keranjang sampah, bak sampah, tong sampah, mobil sampah, tempat pembuangan akhir, etcetera.


Nah masalahnya, tadi pagi sewaktu mau masuk kuliah, saya membuang sampah sisa bungkusan nasi sarapan. Di tempat sampah depan sebuah puskesmas dekat situ. Selesai melempar dan tepat sasaran, saya malah dipanggil seorang ibu-ibu ..rrr.. mungkin salah satu pegawai puskesmasnya, dia bilang:
"Dek, jangan buang disitu!"
Saya terkejut dan menoleh. Dengan agak nanya:
"lho, kenapa.."
Dia bilang lagi:
"Tempat sampah itu kan punya puskesmas!" Galak amat.
Mata saya berkerjab. Perasaan sering juga saya buang di situ tapi baru kali ini dilarang. Atau... baru kali ini ketahuan?
Daripada cari misuh lebih lama saya membatalkan nanya lagi mau dibuang kemana jadinya. Bisa saja saya campakkan di parit besar tak jauh dari situ atau saya tinggalkan di pinggir jalan atau saya masukkan dalam tas dulu, atau saya langsung lari naik angkot. Ya Alloh, saya tidak mungkin membawa kembali sampah itu. Atau sampai ke kampus...?

Akhirnya sampah tak seberapa itu saya ambil lagi dari tempat sampah punya puskesmas dengan rasa malu yang tidak saya pikir, karena saya harus bersin beberapa kali saat mengambilnya. Saya berjalan sepanjang trotoar dan tak jauh dari situ menemukan 'tempatnya'.
Tapi...tukang kedai yang merasa tempat sampah itu miliknya, memelototi saya dari jarak kurang dari 3 meter. Sepertinya bakal ada masalah yang sama. Dia mendekati saya dan benar juga!

"Jangan kau buang di tempat kami, nak.." opung-opung ini mungkin mau galak juga tapi kelihatannya dia juga lagi pilek, suaranya agak serak dan hampir tak kedengaran. Tapi cukup dengan ekspresi mukanya yang bikin saya menelan ludah sebesar jambu biji. Saya bersiap-siap lari dan mengambil kembali jinjingan plastik sampah saya yang benar-benar tak seberapa tapi tiba-tiba jadi menyusahkan...

"Tak kau lihat keranjangku sudah penuh sampah yang tak tahulah aku siapa yang membuangnya. malam-malam mungkin. Aku bayar mahal untuk tukang angkut sampah itu, tapi..bla bla bla..." aksen batak yang kental. Ceritanya panjaang juga. Saya harus mundur perlahan. Tersenyum mengiya-iyakan dan bilang maaf. Sehingga akhirnya saya terpaksa membuang sampah saya itu di pinggiran jalan tempat penyapu jalan mengumpulkan sampahnya. Lalu pergi sebelum ada hal-hal yang tak diinginkan. Maaf saya terburu-buru. Waktu saya hanya 5 menit lagi untuk sampai ke kampus!

Ada apa dengan saya hari ini? Bukan sial. Kelihatannya saya kapok dan enggan lewat situ lagi. Bukan malu hanya... malu kali pun. Ternyata buanglah sampah benar-benar mesti pada tempatnya. Bukan pada tempat sampah punya puskesmas, atau tempat sampah punya tukang kedai, atau tempat sampah punya...

Posted by me Wednesday, March 02, 2005

0 Comments:

Okay,Alhamdulillah42day...
	  Lurfe U Allah! =)

 

 

© 2Oo4-2oO7 airinyh inc.